Universitas Syiah Kuala Meraih Top 6 Hult Prize Regional International Manila

HultPrize01

Universitas Syiah Kuala pada 9 April 2021 berhasil menjadi Top 6 dalam Hult Prize Regional International Manila yang diadakan secara daring. Tim ini terdiri dari Saidatul Wulya sebagai Chief Executive Officer (CEO) dari Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Intan Qanita sebagai Chief Financial Officer (CFO) dari Fakultas Kedokteran, Sri Muliani sebagai Chief Product Officer (CPO) dari Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, dan Syakirullah sebagai Chief Marketing Officer (CMO) dari Fakultas Ekonomi.

Hult Prize Foundation adalah market leader berbasis action-based learning, berdampak edukasi, dan menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda. Bekerja sama dengan PBB menyelenggarakan program start up terbesar di dunia yang bertujuan untuk memberikan dampak sosial dan menawarkan hadiah awal sebesar US $ 1.000.000 yang diberikan oleh Presiden Bill Clinton di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa setiap tahun. Pada tahun ini, Hult Prize mengangkat tema yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan Sustainable Development Goals (SDGs) poin nomor 2 yaitu “Zero Hunger”.

Berdasarkan tema tahun ini, tim yang beranggotakan empat mahasiswa dari fakultas yang berbeda-beda memperkenalkan sebuah start up yang mengangkat permasalahan tentang stunting bernama “Nutrisep”.  Menurut Saidatul Wulya selaku CEO menjelaskan, selain mendukung poin nomor 2 SDGs,”Nutrisep” juga mempunyai visi untuk mendukung poin 1 yaitu “Tanpa Kemiskinan” dan poin 8 “Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi” dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang baik bagi masyarakat sekitar, poin nomor 12 “Memastikan Pola Konsumsi dan Produksi yang Berkelanjutan”, dan poin nomor 3 “Kehidupan Sehat dan Sejahtera” dengan mengatasi permasalahan stunting.

Stunting merupakan masalah gizi kronis pada lansia yang dapat diidentifikasi dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Pengukuran stunting dapat dilakukan dengan mengukur kurva Child Growth Standard Median WHO. Anak yang menderita stunting akan lebih mudah untuk mengidap penyakit infeksi dan penyakit degeneratif di masa dewasa.

Sebanyak 149 juta anak di dunia mengalami stunting dan 50% nya berasal dari Asia. Di Indonesia sendiri, 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Aceh merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia. Hal ini patut disayangkan karena stunting dapat memengaruhi tumbuh kembang anak dan memengaruhi masa depan bangsa di berbagai aspek kehidupan termasuk kesehatan, ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya.

Usia golden year, yaitu umur janin sampai dengan 2 tahun pertama kehidupan, membutuhkan nutrisi yang cukup untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Rendahnya asupan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan merupakan risiko terbesar untuk menyebabkan stunting. Selain itu, kurangnya fasilitas sanitasi, infeksi berulang pada anak, akses air bersih yang minim, serta kurangnya kebersihan lingkungan juga dapat menjadi penyebab stunting. Saat kebersihan kurang, maka tubuh harus bekerja ekstra melawan bakteri dan meningkatkan kebutuhan nutrisi.

Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan pemenuhan gizi yang cukup bagi ibu hamil dan bayi. Hal ini dapat dilakukan dengan mencukupi asupan gizi dan zat besi ibu, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Selain itu, pemeriksaan rutin kesehatan ibu dan bayi, serta meningkatkan akses air bersih, fasilitas sanitasi yang memadai, dan menjaga kebersihan lingkungan juga sangat dibutuhkan.

Tim “Nutrisep” mengolah bahan utama yaitu tepung tulang ikan dan daun kelor (Moringa leaves) yang memiliki kandungan gizi tinggi yang dapat membantu memenuhi gizi anak serta dapat berperan sebagai MPASI. Ketersediaan tepung tulang ikan dan daun kelor mudah didapatkan di Banda Aceh ini, tegas Sri Mulyani selaku CPO  kegiatan. Nutrisi 100 gram tepung tulang ikan mengandung 17 kali kalsium lebih tinggi dibandingkan susu, dengan protein yang tinggi, fosfor, dan zat besi yang mampu mendukung tumbuh kembang anak. Nutrisi dalam 100 gram daun kelor memiliki kandungan zat besi 25 kali lebih banyak dibandingkan dengan bayam, vitamin C 7 kali lebih tinggi dibandingkan jeruk, vitamin A 10 kali lebih tinggi dari wortel, dan potassium 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pisang.

Dengan memperkenalkan “Nutrisep” diharapkan dapat membantu meningkatkan gizi anak pada usia golden age dengan produknya yaitu biskuit MPASI sebagai pemenuhan gizi disamping ASI yang bermanfaat dan dapat mencegah stunting pada bayi dan anak.

 


HultPrize02

HultPrize03

HultPrize04

 


Sumber, Referensi & Berita Terkait: 
https://unsyiah.ac.id/berita/usk-masuk-top-6-hult-prize-regional-international-manila