Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala bekerja sama dengan Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) Kementerian Pertanian mengadakan Webinar Nasional dengan tema ”Tantangan dan Strategi Bagi Agripreneuer Dimasa Pandemi Covid-19” pada hari Selasa (19 Mei 2020).
Dalam sambutannya Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Samadi, M.Sc. menyampaikan bahwa Pandemi Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) mempengaruhi segala aspek kehidupan termasuk dunia usaha baik mikro, kecil sedang dan besar. Agripreneuer yang juga merupakan salah satu bidang bisnis pertanian terpengaruh oleh adanya Covid-19. Dengan adanya seminar ini diharapkan para Agripreneur akan mendapatkan masukan berkaitan dengan strategi-strategi yang dapat dilakukan pada saat pandemi Covid-19 baik informasi dari kalangan pemerintah, akademisi maupun pelaku usaha di bidang pertanian. Disamping itu Webinar Nasional ini dapat dijadikan ajang berdiskusi sesama pelaku usaha pertanian yang ada di seluruh Indonesia.
Kegiatan Webinar ini diikuti oleh 255 peserta online dari berbagai universitas dan lembaga pemerintahan di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote dengan menghadirkan empat orang narasumber dari Kementerian Pertanian, Akademisi dan Pelaku Usaha.
Narasumber pertama Ibu Dr. Ismaya Nita Rianti Parawansa, S.P., M.Si dalam pemaparannya menjelaskan bahwa Tantangan Besar Pertanian pada Masa Covid-19 adalah: mencukupi pasokan pangan dengan harga terjangkau, menjaga kesejahteraan Petani, potensi krisis pangan global dan rantai pasokan pangan dunia juga terancam ditengah pemberlakuan karantina wilayah, Pembatasan Sosial Dan Larangan Perjalanan. Strategi yang dilakukan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk mengantisipasi hal tersebut sebagai berikut:
- Kostratani (komando strategis pembangunan pertanian tingkat kecamatan)
- Propaktani merupakan peningkatan produksi tanaman pangan melalui pengembangan kawasan berbasis korporasi
- KUR fasilitas pembiayaan infrastruktur dan alsintan
- Gedor Hotri (pengembangan kawasan hortikultura berdaya saing)
- Grasida (gerakan nasional peningkatan produktivitas, produksi dan daya saing perkebunan)
- Sikomandan peningkatan populasi dan produktivitas serta mutu genetik ternak potong dan unggas
- Akselerasi pemanfaatan inovasi teknologi dan perbanyakan benih dan bibit hasil litbang
- Pengentasan daerah rentan rawan pangan melalui family farming, pertanian masuk sekolah (PMS) distribusi dan pengendalian harga pangan pokok serta diversifikasi pangan.
- Penguatan layanan perkarantinaan dan akselerasi eksport melalui program gerakan tiga kali lipat ekspor (Gra TIeks)
- Dukungan manajemen (belanja pegawai dan pengawasan).
Berikutnya narasumber kedua adalah Bapak Ahmad Romadhoni Surya Putra, Ph.D. dari Departemen Sosial Ekonomi Peternakan UGM. Beliau mengemukakan dibalik merebaknya wabah corona belakangan ini terdapat peluang bisnis harusnya dapat menjadikan peluang bisnis. Saat ini pemasaran produk pertanian terjadi perubahan pola konsumsi, dimana sebelumnya produk pangan cenderung pushed-based model dan pada masa pandemi ini menjadi pull based model. Ditambahkan juga oleh Dhoni, di bulan Ramadhan kebutuhan pangan tidak terjadi penurunan, justru sebaliknya menjadikan permintaan kebutuhan pangan semakin meningkat. Berdasarkan hasil survei di daerah Jogjakarta, persentase kenaikan permintaan pangan berupa beras mencapai 97,84%, telur ayam 50,31%, minyak goreng 33,02% dan daging ayam 43,52%.
Narasumber lain Dedi Ikhwani, S.P sebagai Founder Deputroe Coffee menyampaikan ancaman coronavirus sangat dirasakan oleh Pelaku UMKM. Alasan ini dikemukakan dikarenakan kemampuan keuangan dan manajerial. Situasi tersebut didasari oleh, modal, inovasi dan belum go digital, padahal serapan tenaga kerja mencapai 89,2% dari total 120,21 juta tenaga kerja nasional. Dipihak lain tegas Dedi, UMKM ini menjadi tumpuan perekonomian bangsa, tercatat tahun 2017 menyumbang PDB 60% dari sumber pendapatan lain. Pemerintah diharapkan segera memberikan stimulus ekonomi tepat sasaran untuk mendukung UMKM setidaknya bisa bertahan.
Dedi yang juga alumni Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis menawarkan kepada UMKM agar memakai jurus 7S sebagai langkah solutif dalam menghadapi masa pandemi covid-19. Solusi tersebut berupa memperkuat mental, menjalin kemintraan, memastikan cashflow berjalan, melakukan review produk, minimalisir biaya, uptade teknologi digital dan bersedekah. Usaha yang dirintis oleh Dedi, Deputroe Coffee secara perlahan terus beradaptasi dengan penguasaan teknologi digital seperti situs website www.deputroecoffee.com, whatsapp, instagram, twitter, facebook, blogspot, youtube hingga akses pada pasar onlineshop, market palace dan e-commerce.
Alisyahbana Siregar, S.P yang berwirausaha di bidang sayur hidroponik sebagai penutup sesi seminar online mengemukakan bahwa tantangan usaha biasanya adalah teknis budidaya, cuaca dan pasar. Saat pandemi ini adalah tantangan terbesar adalah pasar. Selain ada perubahan permintaan, para konsumen saat ini mulai mengembangkan hidroponik di rumah masing-masing. Alisyahbana yang juga alumni Fakultas Pertanian dan Penerima Bantuan Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) Tahun 2019 menjelaskan bahwa permintaan sarana produksi hidroponik meningkat di kota Banda Aceh. Lebih lanjut Ali mengatakan dalam bisnis hidroponik peran kolaborasi sangat dominan sehingga sering para pelaku usaha hidroponik menjalin kerjasama di antara mereka baik informasi, pasokan dan pelatihan.